Kamis, 19 Juni 2014

kang h.muhammad aby sufyan

الاوّل الكلام

  السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله والحمد لله والصلاة على رسول الله صلعم وعلى آله وصحبه ومن ولاه

GURU KAMI KANG H.MUHAMMAD ABY SUFYAN BERKATA :

Saya berinternet bukan karena Saya ingin mencari teman hidup
Saya berinternet bukan karena Saya ingin populer
Saya berinternet bukan karena Saya ingin mencari cinta
Saya berinternet bukan karena Saya ingin ghibah ataupun
menyebar fitnah..

Saya berinternet karena Saya ingin menambah wawasan ilmu
Saya berinternet karena Saya ingin menyebarkan ilmu
Saya berinternet karena Saya ingin menjalinkan ukhuwah yang
telah lama hilang..
Dan Saya berinternet hanya karena ALLAH AR-RAHMAN..

Akan datang suatu hari bila kematian menjemputku
Tinggallah segala apa yang Saya tuliskan..

Andai saja setiap yang membacanya berdoa untukku,
Agar ALLAH AR-RAHMAN melimpahkan ampunan untukku,
Serta memaafkan kekurangan, kekhilafan dan buruknya
perbuatanku bin Akhlakku..

Dan seandainya ini status terakhirku..
Dan seandainya esok dunia bukan untukku lagi..

Maafkan segala kesalahanku..

"Jadikanlah Internet anda sebagai laman medan dakwah"

Sebagaimana kalam seorang U`lama dari negara Hadhro Maut Yaman Al-A`llamah Al-Habib Umar bin Hafidz rhm. :

"jadikanlah televisi,handphone,internet dan alat-alat lainya sebagai pelayan dan pembantu untuk Agamamu , jika tidak alat-alat itu akan menghancurkan dirimu sedangkan engkau akan tertawa karena tidak menyadarinya,ia akan merusak hatimu,akalmu,akhlakmu,dan fikiranmu,tanpa engkau menyadarinya,engkau tertawa bahagia padahal alat-alat itu telah merusak hal-hal paling berharga yang kau miliki"( Intaha Qoul Al-A`lim Al-A`llamah Al Habib Umar bin Hafidz yaman)



dan sebagaimana kami pernah mendengar kalam Al A`lim Al A`llamah Al-Habib Ali bin Abdurahman Al-Jufri Rhm. :"melihat Film Porno di internet hukumnya Haram, melihat melihat Aurat Laki-laki dan perempuan hukumnya Haram kecuali untuk berdakwah Illalloh maka hukumnya Mubah. ( Ingtaha ).

Semoga ALLAH Ridha kepada kita semua.. Aaaaaamiiiin
Bibarkatis Sholati Alan Nabi SAW.  Al-Fatihah...... 


 Doa Tawassul  :

Allâmah al-Majlisi berkata:
“Di dalam sebagian kitab-kitab yang terpercaya, para ulama menyebutkan bahwa Ibnu Babawaeh menukil doa Tawassul ini dari para imam suci as. Ia berkata, “Saya tidak membacanya untuk suatu kepentingan kecuali hal itu dikabulkan”.
Doa Tawassul adalah doa permohonan kepada ALLAH SWT dengan perantaraan manusia suci, doa ketika mendapatkan kesusahan, doa ketika dililit hutang (banyak hutang dan sulit membayar), doa dilancarkan rezeki, mendapatkan kesehatan lahir dan batin, ketenangan hidup di dunia dan akhirat dengan prantaraan atau lantaran kemuliaan Rasulullah SAAW dan Keluarga beliau yang suci a.s.


Doa itu adalah sebagai berikut:


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَ أَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ؛
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan menghadap kepada-Mu dengan (perantara) Nabi-Mu, Nabi (pembawa) rahmat, NABI Muhammad SAW., shalawat atasnya dan keluarganya;


يَا أَبَا الْقَاسِمِ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ، يَا إِمَامَ الرَّحْمَةِ ؛
Wahai Abul Qasim, wahai Rasulullah SAW., wahai pemimpin (pembawa) rahmat, 


يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَقَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ؛
Wahai junjungan dan pemimpin kami, sesunguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


يَا أَبَا الْحَسَنِ، يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ، يَا عَلِيَّ بْنَ أَبِيْ طَالِبٍ ؛
Wahai Abul Hasan, wahai Amirul Mukminin, wahai Ali bin Abi Thalib KWH.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah SWT., serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah SWT., karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


يَا فَاطِمَةُ الزَّهْرَاءُ، يَا بِنْتَ مُحَمَّدٍ، يَا قُرَّةَ عَيْنِ الرَّسُوْلِ ؛
Wahai Fathimah az-Zahra`, wahai putri NABI Muhammad SAW., wahai cahaya mata Rasul SAW. 


يَا سَيِّدَتَنَا وَ مَوْلاَتَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكِ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكِ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهَةً عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعِيْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, memohon syfaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedapankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah SWT. , karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، يَا حَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ، أَيُّهَا الْمُجْتَبَى، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Hasan bin Ali, wahai al-Mujtabâ, wahai putra Rasulullah SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


 يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، يَا حُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ، أَيُّهَا الشَّهِيْدُ، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
 Wahai Abu Abdillah, wahai Husein bin Ali, wahai syahid, wahai putra Rasulullah SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


 يَا أَبَا الْحَسَنِ، يَا عَلِيَّ بْنَ الْحُسَيْنِ، يَا زَيْنَ الْعَابِدِيْنَ، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Abul Hasan, wahai Ali bin Husein, wahai Zainal Abidin, wahai putra Rasulullah, SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT

.
 يَا أَبَا جَعْفَرٍ، يَا مُحَمَّدَ بْنَ عَلِيٍّ، أَيُّهَا الْبَاقِرُ، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Abu Ja’far, wahai Muhammad bin Ali, wahai al-Bâqir, wahai putra Rasulullah SAW.

يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ، يَا جَعْفَرَ بْنَ مُحَمَّدٍ، أَيُّهَا الصَّادِقُ، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Abu Abdillah, wahai Ja’far bin Muhammad, wahai ash-Shâdiq, wahai putra Rasulullah SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


يَا أَبَا الْحَسَنِ، يَا مُوسَى بْنَ جَعْفَرٍ، أَيُّهَا الْكَاظِمُ،يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Abul Hasan, wahai Musa bin Ja’far, wahai al-Kâzhim, wahai putra Rasulullah SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah  SWT.


يَا أَبَا الْحَسَنِ، يَا عَلِيَّ بْنَ مُوسَى، أَيُّهَا الرِّضَى، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Abul Hasan, wahai Ali bin Musa, wahai ar-Ridhâ, wahai putra Rasulullah SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


 يَا أَبَا جَعْفَرٍ، يَا مُحَمَّدَ بْنَ عَلِيٍّ، أَيُّهَا التَّقِيُّ الْجَوَّادُ، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Abu Ja’far, wahai Muhammad bin Ali, wahai at-Taqî al-Jawwâd, wahai putra Rasulullah SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


يَا أَبَا الْحَسَنِ، يَا عَلِيَّ بْنَ مُحَمَّدٍ، أَيُّهَا الْهَادِي النَّقِيُّ، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Abul Hasan, wahai Ali bin Muhammad, wahai al-Hâdî an-Naqî, wahai putra Rasulullah SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


يَا أَبَا مُحَمَّدٍ، يَا حَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ، أَيُّهَا الزَّكِيُّ الْعَسْكَرِيُّ، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Abu Muhammad, wahai Hasan bin Ali, wahai az-Zakî al-‘Askarî, wahai putra Rasulullah SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


 يَا وَصِيَّ الْحَسَنِ وَ الْخَلَفَ الْحُجَّةَ، أَيُّهَا الْقَائِمُ الْمُنْتَظَرُ الْمَهْدِيُّ، يَا ابْنَ رَّسُوْلِ اللَّهِ ؛
Wahai Washî al-Hasan, wahai pengganti yang hujjah, wahai pemimpin yang dinanti (kedatangannya), al-Mahdi, wahai putra Rasulullah SAW.


يَا حُجَّةَ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ، يَا سَيِّدَنَا وَ مَوْلاَنَا، إِنَّا تَوَجَّهْنَا وَ اسْتَشْفَعْنَا وَ تَوَسَّلْنَا بِكَ إِلَى اللَّهِ وَ قَدَّمْنَاكَ بَيْنَ يَدَيْ حَاجَاتِنَا، يَا وَجِيْهًا عِنْدَ اللَّهِ اشْفَعْ لَنَا عِنْدَ اللَّهِ ؛
Wahai hujjah Allah atas makhluk-Nya, wahai junjungan dan pemimpin kami, sesungguhnya kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawassul denganmu kepada Allah, serta mengedepankanmu demi terkabulnya hajat-hajat kami, wahai yang terpandang di sisi Allah, karuniakanlah syafaat kepada kami di sisi Allah SWT.


( Kemudian, mintalah hajat-hajat Anda. Semua hajat tersebut akan dikabulkan insyâ-Allah TA`ALAA. Dalam sebuah hadis dianjurkan untuk membaca doa berikut setelah membaca doa Tawassul di atas. )


يَا سَادَتِيْ وَ مَوَالِيَّ، إِنِّيْ تَوَجَّهْتُ بِكُمْ أَئِمَّتِيْ وَ عُدَّتِيْ لِيَوْمِ فَقْرِيْ وَ حَاجَتِيْ إِلَى اللَّهِ
Wahai junjungan dan pemimpin-pemimpinku, sesungguhnya aku menghadap kepada Allah dengan (perantara) kalian para imamku dan bekalku di saat kepapaan dan keperluanku,


وَ تَوَسَّلْتُ بِكُمْ إِلَى اللَّهِ وَ اسْتَشْفَعْتُ بِكُمْ إِلَى اللَّهِ، فَاشْفَعُوْا لِيْ عِنْدَ اللَّهِ، وَ اسْتَنْقِذُوْنِيْ مِنْ ذُنُوْبِيْ عِنْدَ اللَّهِ ؛
dan aku bertawassul dengan kalian kepada Allah, dan memohon syafaat kepada Allah melalui perantara kalian. Maka, karuniakanlah syafaat kepadaku di sisi Allah dan selamatkanlah aku dari jeratan dosa-dosaku di sisi Allah SWT.


فَإِنَّكُمْ وَسِيْلَتِيْ إِلَى اللَّهِ، وَ بِحُبِّكُمْ وَ بِقُرْبِكُمْ أَرْجُوْ نَجَاةً مِنَ اللَّهِ، فَكُوْنُوْا عِنْدَ اللَّهِ رَجَائِيْ
 karena kalianlah perantaraku kepada Allah, dan hanya dengan kecintaan kepada kalian serta kedekatan kepada kalian aku memohon keselamatan kepada Allah. Oleh karena itu, jadilah kalian tumpuan harapanku di sisi Allah SWT.


، يَا سَادَتِيْ، يَا أَوْلِيَاءَ اللَّهِ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ وَ لَعَنَ اللَّهُ أَعْدَاءَ اللَّهِ ظَالِمِيْهِمْ مِنَ الْأَوَّلِيْنَ وَ الْآخِرِيْنَ، آمِينَ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
wahai pemimpin-pemimpinku, wahai kekasih-kekasih Allah. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat atas mereka semua dan melaknat para musuh Allah, yaitu orang-orang yang menzalimi mereka dari yang pertama hingga yang terakhir. Amin, ya Rabbal ‘Âlamîn.

mama gelar

PESANTREN GELAR Cibeber 43262
CIANJUR JAWA BARAT

KATA PENGANTAR


بسم الله الرحمن الرحيم

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Alloh Subhanahu Wata'ala, yang telah memberikan kepada kita kesempurnaan berupa aqal sehat, badan yang sehat, Jasmani dan rohani yang sehat, berkat ridho dan pertolongan Alloh Subhanahu Wata'ala kami penulis (Keluarga Besar Pesantren Gelar) Alhamdulillah dapat menghasilkan penulisan atas lembaran-lembaran tentang sejarah singkat “PANGERSA MAMA GELAR”, yang telah tercatat dan tersusun, namun masih sangat jauh dari kesempurnaan dan masih kurang lengkap, maka dari itu penulis memohon kepada pembaca untuk menambahkan kelengkapannya, khususnya kepada keluarga, murid-murid dan para santrinya yang mengetahui tentang sejarah PANGERSA MAMA GELAR untuk melestarikan kepada anak cucunya maupun para pencintanya.
Adapun ditulisnya sejarah singkat ini selain untuk mengenal dan mengetahui tentang kehidupan PANGERSA MAMA GELAR, juga untuk mempelajari dan mengikuti jejak (tapak lacaknya beliau) demi untuk mengembalikan kesadaran kita tentang nilai-nilai yang diajarkan PANGERSA MAMA GELAR untuk diamalkan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, atas kemurahan rahmat Alloh Subhanahu Wata'ala dan hidayahnya, semoga setelah memahami sejarah ini, akan semakin memperpadat ruang lingkup keimanan, ketaqwaan dan kecintaan kita terhadap para ulama, khususnya kepada PANGERSA MAMA GELAR berserta sanak keluarga, dan kerabatnya.
Dan semoga pula jejak para ulama sebagai kekasih Alloh Subhanahu Wata'ala , khususnya PANGERSA MAMA GELAR yang tertulis ringkas dan terpapar di dalam sejarah singkat ini, menjadi suri tauladan bagi keluarga, kerabat, para murid dan santrinya sebagai penuntun, umumnya kaum muslimin dan muslimat, dalam sebuah perjalanan menuju cita-cita yang mulia (Jannatun Naim) guna menjadi manusia yang tangguh sebagai “insanan kamilan” yang memegang teguh, menjaga serta memelihara kemurnian agama Islam yang rohmatan lil alamin, hingga hari yang telah dijanjikan Alloh Subhanahu Wata'ala (yaitu hari kiamat) seperti pepatah mengatakan,“Tak kenal maka tak sayang”, bagaimana PANGERSA MAMA GELAR mau sayang kalau kita tidak mengenalnya dan “Orang-orang yang bijak adalah orang yang tidak melupakan sejarah nenek moyangnya (sesepuhnya).

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Alloh Subhanahu Wata'ala , (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup (100), tetapi kamu tidak menyadarinya”. (QS. Al-Baqarah : 154).

والله اعلم باصواب

Penulis,
SAMBUTAN

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Alhamdulillah Wassyukru Ala ni'amillah, kami atas nama Keluarga Besar Pondok Pesantren Gelar mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas tertulisnya buku sejarah ringkas ini.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Nabi MUHAMMAD Sholallohu Alaihi Wasallam yang diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia serta merobohkan benteng-benteng kejahiliahan untuk kemudian dibimbing menuju kejalan kebenaran nan terang benderang.
Melihat situasi sekarang ini, santri bertindak sebagai satu-satunya komunitas pemuda yang didamba-dambakan menjadi pemimpin masyarakat atau kyai, ini memperlihatkan kecenderungan yang semakin lama semakin terjadi degradasi di segala bidang, mulai dari moralitas, kualitas dan kuantitasnya.
Untuk itu semoga sejarah ringkas PANGERSA MAMA GELAR ini sebagai tolak ukur dan pelajaran bagi semua orang khususnya keluarga beserta sanak kerabat dan para murid-muridnya. Maka dari itu kami akan menyampaikan beberapa pesan-pesan yang disampaikan PANGERSA MAMA GELAR :

عليك بطريق الهد ۞ ولايضرك قله الساكين
وهياك وطرق الردى ۞ ولا تغتر بكثر الهاكين

“Tetaplah pada jalan, petunjuk, tidak apa-apa yang menjalani sedikit.”
Jauhilah jalan yang menyeleweng, jangan mudah tergiur,. Karena banyak orang yang sesat”.

فتابع الصالح فمن سلف ۞ وجانب البدعة فمن حلفا

“Ikutilah barang yang baik dari ulama salaf, jauhilah pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan pemimpin modern”.

وَدَوَامُ اْلقُرْاَنِ طَرْفِي يُّوْمِكَ ۞ وَوَرَدَا اِذِ اْلعُلُوْمُ مِنْهُ تَنْتَهِى

“Tetap selalu membaca Al-Qur’an pada ujung harimu (pagi sore) Jadikan wiridan baca Al-Qur’an itu, sebab dari situlah sumber ilmu”.
Maka sebagai sikap yang arif dalam menyikapi isi tulisan ini semoga kita dapat melakukan muhasabah atas mawas diri
“TAK ADA GADING YANG TAK RETAK MARILAH KITA MAWAS DIRI”
Akhirnya kita juga harus selalu muhasabah atas perlakuan kita tehadap perjuangan PANGERSA MAMA GELAR yang sangat kita cintai ini, apakah sudah sesuai apa yang diajarkan oleh PANGERSA MAMA GELAR dan para sesepuh Gelar.

وَالله الموَافق الى اقوَام الطريق وَالسلام عليكم وَرحْمة الله وبركاته

(Keluarga Besar MAMA GELAR)


SEJARAH SINGKAT
PONDOK PESANTREN GELAR DAN MAMA GELAR
SEJARAH PESANTREN GELAR

Pondok pesantren GELAR berdiri pada tahun 1932 M / H oleh Pengersa MAMA KH. AHMAD SYUBANI bin HUSNEN (Mama Gelar Pertama) beliau dari Kadu Pandak, Cianjur Selatan, latar belakang pendidikan beliau, selain di pendidikan formal juga beliau mondok di beberapa pesantren diantaranya, beliau mondok di pesantren Gentur, yang terletak di desa Gentur Warung Kondang yang pada waktu dipimpin dan diasuh oleh PANGERSA MAMA KH. AHMAD SATIBI (PANGERSA MAMA GENTUR) abahnya Aang Nuh Mama Gentur, dan di pondok Pesantren Cibitung Bandung yang dipimpin dan diasuh oleh KH. Ilyas (MAMA Cibitung). Setelah selesai mondok di beberapa pesantren beliau menjalani sunah Rasul menikah dengan HJ. Aisyah Putri pertama dari MAMA KH. Ibrahim pimpinan dan pengasuh pondok pesantren Peuteuy Condong, yang terletak di desa Peteuy Condong, dari pernikahannya beliau dikaruniai anak 6 putra-putri, 3. laki-laki dan 3 perempuan, beliau pulang ke rahmatullah pada hari Ahad jam 17.30 WIB pada tanggal 8 Romadhon 1395 H / 14 September 1975 M.

MAMA GELAR
Selanjutnya pondok pesantren GELAR dilanjutkan oleh putra pertamanya yang bernama KH. Zein Abdossomad (PANGERSA MAMA GELAR) MAMA GELAR lahir di Peteuy Condong Lebak, latar belakang pendidikan pengersa MAMA GELAR, selain dari ayahnya beliau juga aktif mondok di beberapa pesantren di Jawa Barat, dikatakan bahwa beliau mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, sehingga dalam masantrennya beliau tidak membutuhkan waktu yang lama seperti yang lainnya.
Setelah selesai mondok di beberapa pesantren formal maupun informal Jawa Barat, pada usia 18 tahun pengersa MAMA GELAR melanjutkan studinya menimba ilmu di Timur Tengah selama 4 tahun dari seorang ulama besar yang bernama Al-Alim Al-Alamah Assayyid Al Habib Alwi Ibnu Al-Maliki Makkah Saudi Arabia, setelah beliau menyelesaikan belajarnya beliau pulang ke tanah kelahirannya di Indonesia, setelah sampai ke Pesantren Gelar beberapa saat kemudian beliau langsung mondok atau Masantren ke Pesantren Gentur, karena beliau sangat cerdas dan punya kelebihan dari orang lain, setelah Abuya Gentur meliatnya, Abuya Gentur menikahkan PANGERSA MAMA GELAR dengan putrinya, PANGERSA MAMA GELAR akan melaksanakan ziarah ke tanah suci, isteri PANGERSA Mama Gelar di panggil sang maha kuasa meninggal dunia. Setelah kemudian PANGERSA Mama melaksanakan rukun Islam yang kelima yaitu haji ke tanah suci Baitullah. Pada saat di perjalanan di tengah-tengah laut, tiba-tiba kapal laut yang dikendarai beliau diterpa gelombang laut yang sangat besar dan dahsyat sehingga kapal hampir terjatuh, kemudian beliau bersama para pengendara kapal dan para sahabatnya mengadakan acara Istighotsah berdo’a bersama-sama untuk meminta keselamatan kepada Alloh Subhanahu Wata'ala yang maha kuasa. Setelah selesai bero’a, maka kemudian gelombang yang menerpa kapal surut berhenti, hingga alhamdulillah tidak lagi mendapatkan kesulitan di dalam perjalanan ke kota Jeddah. Setelah sampai di Jeddah beliau meneruskan perjalanannya ke kota Mekkah, di terik yang sangat panas perjalanan yang ditempuh beberapa kilometer, beliau bersama para sahabatnya berjalan kaki menuju Mekkah. Setelah selesai melakukan ibadah dari Makkah kemudian beliau meneruskan perjalanan bersama para sahabatnya berjalan ke kota Madinah, dengan berjalan kaki pula (dikatakan sahabatnya berjumlah 40 sahabat) yang diantaranya para ulama dari berbagai kota di Indonesia antara lain dari kota Pekalongan, Gresik, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan kota lainnya. Dari para sahabat beliau bertemu dengan sahabat yang bernama KH. Jazili (Papih) pimpinan dan pengasuh pondok pesantren yayasan Al Hidayah Ranca Keyep Cilangkap Tanggeug Cianjur Selatan.
ZIARAH KE BAITULLAH

Menurut keterangan, beliau pada saat melakukan haji, beliau pulang dari Madinah, kondisi pembekalan sudah habis sehingga menurut cerita beliau mengalami kelaparan di dalam perjalanan. Sehingga beliau mengumpulkan makanan-makanan bekas berupa buah-buahan (berupa cankang atau kulit semangka, karena sangking lemas dan lelah, hampir dua kali PANGERSA Mama Gelar pingsan karena kehabisan tenaga, hingga melakukan perjalanan dengan cara merangkak, karena kondisi pada saat itu sangat panas di gurun pasir, perjalanan dilakukan antara Madinah-Mekkah (bir ali) sekarang. Di tengah perjalanan beliau istirahat dan tidur sejenak dengan cara tidur meluruskan kaki ke barat jalan karena dikhawatirkan tapak jalan hilang, karena pasir yang tertiup angin selalu menutupi jalan setapak..
Setelah saat menjelang malam ada seorang sahabat yang mengalami sakit, karena kelaparan dan kehausan, di kala malam itu tiba-tiba serombongan saudagar Madinah melewati jalan beliau (PANGERSA Mama Gelar) setelah bertemu, beliau meminta kepada rombongan berupa air dan hanya dikasih satu yang terbuat dari kulit onta, Alhamdulillah mengalamai suatu keanehan, tiba-tiba ada sebuah bintik-bintik cahaya di sela-sela perjalanan gurun pasir, kemudian PANGERSA Mama Gelar mengejarnya hingga jauh, setelah didapatkan ternyata ada bekas telapak onta yang berisi air yang penuh dengan kotoran, kemudian Mama memanggil seluruh rombongan, sahabatnya dan meneguknya satu persatu. Sehingga jamaah rombongan merasakan air itu lebih manis dari pada madu, lebih bening dari pada air putih. Dikatakan kekuatan air itu dari pada madu lebih bening dari air putih. Dikatakan kekuatan air itu mampu selama perjalanan 15 hari dan tidak mengalami rasa haus dan lapar.
Masya Alah itu adalah sebuah pertolongan dari Alloh Subhanahu Wata'ala dan sebuah karunia yang diberikan kepada PANGERSA Mama Gelar khususnya, dan berkat do’a bersama rombongan dan jamaahnya. Subhanallah wal Alhamdulillah setelah selesai melakukan ibadah haji, kemudian Papih H. Jazili (Mama Cilangkap) mempermohonkan kepada PANGERSA MAMA GELAR agar adiknya yang bernama HJ. Fatimah (Umi Gelar) untuk dipinang dan dinikahinya sebagai siteri beliau, Umi HJ. Fatimah adalah putri dari KH. Badrudin Cilangkap Tangerang, dari pernikahannya beliau (PANGERSA Mama Gelar) dikarunia oleh Alloh Subhanahu Wata'ala sembilan anak terdiri dari 4 laki-laki dan 5 perempuan yaitu sebagai berikut :

1. KH. Dadang Darussalam
2. Ibu Hj. Aliyah Maryam
3. KH. Muhammad Faisal
4. Ibu Hj. Riwawah (alm)
5. Ibu Hj. Iyang Sobariyah
6. KH. Hubban Zein
7. Ibu Hj. Muslimah
8. Ibu Hj. Siti Rahmah
9. KH. Gibban Zein

Pengersa MAMA GELAR adalah yang mengharumkan dan membesarkan nama Pesantren Gelar, beliau menetap dan mengembangkan Ilmunya, beserta isteri dan putrinya di lingkungan pondok pesantren GELAR.
Pengersa MAMA GELAR mengadakan kepada para santri dan muridnya serta masyarakat sekitar, selain kitab-kitab kuning beliau mengajarkan tentang disiplin hidup dan bagaimana cara memahami tentang kehidupan di dunia, beliau lebih mengajarkan dan menekankan terhadap perilaku yang berakhlakul karimah.
PANGERSA Mama Gelar berwasiat kepada keluarga, santri, dan para muridnya agar selalu melawan hawa nafsu, dan belajar ilmu sebanyaknya, sifat beliau disiplin militer terutama memerintahkan kepada murid-muridnya, agar jangan meninggalkan sholat berjamaah dan selalu tepat pada waktunya. Pengersa Mama Gelar juga dikenal sebagai ulama Ahlulhikmah dimana pangkat Al Hikmath di atas ulama, beliau pandai dalam hal-hal ilmu juga pandai dalam ilmu sosial (sosiologi) yaitu mengayomi masyarakat. Dan selalu mengajarkan tentang pentingnya hidup bermasyarakat (Ukhwah Islamiyah Basyariah) persatuan, dan kesatuan bangsa, Negara.
Selain itu PANGERSA Mama Gelar juga pula mendirikan majelis-majelis Ta’lim yang terdapat di beberapa daerah Jawa Barat, masjelis-majelis ini sebagai wadah persatu rakyat, agar rakyat, masyarakat tidak menjauhi terhadap ulama, Majelis-majelis ta’lim yang masih ada dan terdata sampai sekarang berjumlah sebanyak 137-147 hingga sekarang, majelis-majelis ta’lim yang tersebar selain di Jawa Barat juga ada di Pulau Sumatra, Lampung, Kalimantan dan Irian Jaya dan kota-kota lainnya yang belum terdata.
Di tengah-tengah keberhasilannya pengersa Mama Gelar sempat menyampaikan wasiatnya melalui si’iran-si’iran (Nadzom) yaitu hasil-hasil karya yang beliau sebarkan diantaranya

بسم الله الرحمن الرحيم

فَوَاللهِ مَافَرَقْتُكُمْ عَنْ مَلاَلَةِ وَلَكِنَّ مَايُقْضَى فَسَوْفَ يُكُوْنُ

كوريغسومفه دمى الله موئل بساففسهان
جغ ارانجن سريريياسباب بوسن ياءجمونا
ناغييغياء كومهااتوه فستين الله دى فستيان
مؤت موئك مندوردئى اسوككيتو كاجدييان
هيك تغالى فرارسول انبياء جغ اولياءنا
علماء جغ امر اءنا اغنياء جغ فقر اءنا
تيانو كاكه روغكهنا كابيه انتى كؤمؤتنا
وقطوسنامه مغكا تئيغ سوفدوس حسن الخاتمه
كاسدااياكولا وركا سناك برايا كابيهان
كاسدايا كورو – كورو كتوت كافا مرينتهان
فربدوس نداها فونتن لاحر سنارغ باطنا
عبدى ياندا شفاعة كانبى نومكاممة
ياعه كاجلم نوساله بيلاكا كابييه راهية
وصية كاسنترى 2 كدى غاجى اوله فكة
حزب

الى حضرة روح الشيخ عبد الجيلا نى الفاتحه

عِبادالله رجال الله ۞ اغيثونا لاجل الله
وكنوا عونناالله ۞ عسى نحظى بفضل الله
ويااقطاب وياانجاب ۞ وياسادت ويااحباب
واتم يااولى الاباب ۞ تعالوا وانصروا الله
سالنكم سالنكم ۞ وللز لفى رجونكم
وفى امر قصدناكم ۞ فشدوا عزمنكم لله
فياربى بساداتى ۞ تحقق لى اشارتى
عسى تاءتى بشارتى ۞ ويصفو وقتنالله
بكشف الحجب عن عين ۞ ورفع البين من بين
وطمس الكيف والاين ۞ بنور الوجه يا الله
صلاة الله مولانا ۞ على من بالهدى جانا
ومن بالحق اولانا ۞ شفيع الخلق عندالله
ياالله بها ياالله بها ۞ ياالله بحسن الخاتمة
ياالله بها ياالله بها ۞ ياالله بحسن الخاتمة 

Riwayat Hidup Ringkas Mama eyang Cijerah


NASABNYA :

K.H.  Muhammad Syafi`i ( Mama Eyang Cijerah ) bin K.H.Muhammad Amin ( Mama Eyang Pasantren )  bin Ta`zimuddin bin Zainal A`rif ( Eyang Agung Mahmud ) bin Asmaddin bin Shommaddin bin Eyang Dalem Bojong bin Syekh Abdul Muhyi Safarwadi Pamijahan Tasikmalaya Rhm. Binti Ratu Galuh ---- dan dari ibunya ratu galuh bersambung nasabnya ke Baginda Rasulallah Saw.

PARA GURUNYA :

1.    Ayahnya sendiri yakni Mama Eyang Pesantren ( K.H.Muhammad Amin )
2.    Ayahnya Mama Aang Nuh Yakni Mama Ahmad Syatiby bin Sa`id Gentur Warung Kondang
3.    Mama Sempur Tubagus Ahmad Bakri bin Tubagus Ahmad Sida Purwakarta
4.    Dan Ulama Lainnya yang belum diketahui.


PARA MURIDNYA:

1.    Mama Aang Enuh ( K.H. Abdul Haqq Nuh bin Mama Ahmad Syatiby bin Sa`id ) Gentur 
2.    Mama Sindangsari  ( Murid kesayangan Mama Cijerah
       dan sahabat dekat mama Aang Nuh   ) yakni ( Al-Marhum K.H.Muhammad Thaha
       bin K.H.Muhammad shawi )
3.    K.H. Ahmad Thaha bin K.H.Hasan Mustawi  Bojong Mahmud
4.    Mama Karawang ( Al-Marhum  K.H. Obay Hasan Bashry )  karawang
5.    Ir. Soekarno Hatta yakni Presiden Republik Indonesia pertama
6.    Mama Cibuntu ( Al-Marhum K.H. Bahrum ) Ponpes Miftahul Jawamie Al-Lathifiyyah
       Jl.Soekarna hatta   Gang Aki Padma
7.    Mama Cikungkurak ( Al-Marhum K.H.Salim ) Cikungkurak
8.    Mama Singaparna ( Almarhum  Agan Aon K.H.Syujai ) Singaparna - Tasikmalaya
9.    Mama Cibuntu ( Al-Marhum K.H. Tafsir ) Cibuntu Bandung 
10.  Mama Cangkorah ( Al-marhum K.H. Siradj ) Cangkorah Batujajar  Ponpes Al-Bidayah
11.  Mama Gelar ( Al-Marhum K.H.Abdush Shomad  ) Gelar cianjur
12.  Mama babakan tifar ( Al-marhum K.H.Abdullah Mahfuzh ) Ponpes Babakan Tifar sukabumi
13.  Mama Nakhrowi tanah baru bogor
14.  Mama Burbalinggo – ponpes burbalinggo jawa timur
15.  Dan yang lainnya yang belum diketahui.


SEBAGIAN KARAMAH NYA :

bersumber dari Kang H.Muhammad Aby Sufyan , Katanya :" Guru kami yakni K.H.Muhammad Thaha ( Mama Sindang sari ) bin K.H. Muhammad Shawi ( Mama Ujung berung ) telah berkata :” sehari sebelum belanda mau mengadakan penyerangan ke pesantren Mama Eyang Cijerah, mama eyang cijerah  sudah mengetahui dengan bathinnya ( firasahnya ) bahwa akan adanya penyerangan belanda ke pesantrennya , dan benarlah Firosahnya itu, yakni pada hari esoknya, pada waktu pengajian maka berdatanganlah tentara belanda menyerang pesantren Mama Eyang Cijerah, Mama Eyang Cijerahpun berkata kepada Murid-muridnya :” Diamlah....! ada tentara belanda ! maka murid – muridnya pun berdiam diri......setelah itu masuklah tentara belanda mengobrak- abrik pesantren mama eyang cijerah akan tetapi tidak ada seorang manusia pun di dalam pesantrennya itu, yang ada dan yang dilihat tentara belanda pada waktu itu hanyalah kera – kera, maka tentara belandapun pulang kembali....

dan  bersumber dari Kang H.Muhammad Aby Sufyan pula, Katanya :" Guru kami yakni K.H.Muhammad Thaha ( Mama Sindang sari ) bin K.H. Muhammad Shawi ( Mama Ujung berung ) telah berkata :”
suatu hari masuklah seekor kerbau kedalam embeul ( yakni tanah basah yang kental yang suka menyerap perkara apa saja kedalamnya sehingga dengan pelantara itu embeul dapat menimbulkan kematian  ), maka datanglah mama eyang cijerah menghampiri seekor kerbau tersebut dan mengangkat itu kerbau dengan tongkat ( A`sho ) nya, maka seketika itu kerbau yang berada di dalam embeul tersebut terbang keatas dan selamat dengan izin Allah Swt.


dan  bersumber dari Kang H.Muhammad Aby Sufyan juga, Katanya :" Guru kami yakni K.H.Muhammad Thaha ( Mama Sindang sari ) bin K.H. Muhammad Shawi ( Mama Ujung berung ) telah berkata :”

pada waktu itu K.H.Muhammad Thaha ( Mama Sindang sari ) diajak silarurahmi oleh mama eyang cijerah ke suatu tempat, maka berangkatlah dengan menaiki andong ( delman ) kemudian ditengah jalan mama eyang cijerah menyuruh kusir andong untuk melewati tempat begal ( perampok ) yang terkenal oleh orang-orang pada zaman itu, maka kusir andongpun berkata :” mama eyang, saya tidak berani melewati jalan itu karena jalan itu banyak perampoknya, maka mama eyang cijerah pun menjawab : Biarlah, paling juga pingin seikat pisang. Maka kusir andong tersebut terpaksa mengikuti keinginan mama eyang cijerah, setelah sampai jalan tersebut, maka benarlah apa yang dikatakan kusir andong tersebut, ditengah jalan andong tersebut dihalangi oleh perampok-perampok dan perampok tersebut menyuruh menurunkan semua barang bawaan...maka mama eyang cijerahpun berkata kepada muridnya yakni K.H.Muhammad Thaha ( Mama Sindang sari ), katanya :” jang.....kasih perampok itu seikat pisang ! maka dikasihlah para perampok itu seikat pisang....tidak lama kemudian maka para perampok itu menyuruh jalan kembali............

Dan masih banyak karamah lainnya...

PERKATAAN-PERKATANNYA :

1.    ELMU SIAR DUNYA TUNGTUT USAHA JEUNG USOLLI ( Artinya carilah ilmu tiap waktu, dan berusahalah dengan dicicil / sedikit-sedikit serta jangan lupa…. dirikanlah……… shalat !
2.    Didalam berusaha Manusia itu terdiri dari 3 unsur : 1. Kulit, 2. Daging dan 3. Tulang, Kulit artinya Kuli ( Buburuh / Bekerja dari orang lain ), Daging artinya Dagang ( Berjualan  / Wiraswasta ) dan Tulang artinya Tani ( bertani / berkebun ). Maka carilah kecocokan mu dari 3 unsur tersebut , janganlah menjadi seorang ulama yang Thama` ( selalu mengharapkan pemberian orang lain ) karena thama` hukumnya haram.
3.    Kaya itu boleh asal jangan terpikir dalam akal dan terbesit dalam hati.
 



SANAD GURU NYA :

Mama Cijerah belajar Fiqih dari  leluhurnya urutan ke - 4 yakni Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Rhm., dan urutan ke- 27 dari Rasulallah Saw. Yakni dengan uraian sanad :

1. Nabi Muhammad SAW bin A`bdillah As. , kepada

2. Imam Ibnu Umar ( Abdullah bin Umar bin Khatab Ra. )

3. Imam Nafi` bin Hurmuz  tabi` Ibnu Umar

4. Imam Malik bin Anas Ra.

5. Imam Syafi`i Ra.

6. Imam Ibrahim Al-Mazany

7. Imam Abu Sa`id Al-Ambathy

8. Imam Abu Abbas bin Syuraij

9. Imam Ibrahim Al-maruzy

10. Imam Abu Bakar Al-Qofal

11. Imam Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Al-Juwainy

12. Imam Haromain ( Abdul Malik bin Abdullah bin Yusuf bin Muhammad Al-Juwainy )

13. Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaly

14. Syekh Muhammad bin Yahya

15. Syekh Ardabily

16. Imam Nawawi

17. Syekh Atha uddin Al-Athary

18. Syekh Abdur Rahim Al-Iraqy

19. Syekh Ibnu Hajar Al-Asqolany

20. Syekh Zakariya Al-Angshary

21. Syekh Ahmad bin Hazar Al-Haitamy

22. Syekh Zainuddin Al-Malibary

23. Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (Safarwadi, Tasikmalaya), kepada

24.Syekh  Hasan Musthofa bin Utsman Mas Sastramanggala karang anyar Bandung Rhm.

25.Syekh Ahmad Syujaa`i Gudang Kota batik Tasik Malaya

26.Syekh Ahmad Syaathiby bin Sa`id Gentur warung kondang Cianjur
27.Syekh  Muhammad Syafi`i ( Mama Eyang Cijerah ) bin K.H.Muhammad Amin ( Eyang Pasantren )  bin Ta`zimuddin bin Zainal A`rif ( Eyang Agung Mahmud ) bin Asmaddin bin Shommaddin bin Eyang Dalem Bojong bin Syekh Abdul Muhyi Safarwadi Pamijahan Tasikmalaya Rhm.


Mama Cijerah belajar Thoriqoh Sattariyyah urutan ke - 4 dari  leluhurnya, yakni Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Rhm. dan urutan ke- 27 dari Rasulallah Saw.  Yakni dengan uraian Sanad  :

1. Nabi Muhammad SAW bin A`bdillah As. , kepada

2. Sayyidina A`li bin Abi Thalib Kwh. , kepada

3. Sayyidina Husain bin A`li bin Abi Thalib Ra. , kepada

4. Imam  A`li Al-Akbar Zainal A`bidin As-Sajaad bin Husain bin A`li bin Abi Thalib Ra., kepada

5. Imam Muhammad Baqir bin A`li Al-Akbar Zainal Abidin As-Sajaad Ra, kepada

6. Imam Ja’far Shoodiq bin Muhammad Baqir Ra., kepada

7. Imam Musa Al-Kaazhim bin Ja’far Shoodiq Ra., kepada

8. Imam Abul hasan A`li Ar-Ridho bin Musa Al-Kaazhim Ra., kepada

9. Syekh Abu Mahfudz Ma`ruf Fairuz Al-Karkhy Ra. , kepada

10. Syekh Abu Hasan Sary Ibnul Mughallas As-Saqathy Ra. , kepada

11. Syekh Abu Yazid Thayfur bin I`sa Al-Bisthamy Ra. , kepada

12. Syekh Muhammad Al-Maghriby Ra. , kepada

13. Syekh Abu Yazid Al-I`syqy Ra. , kepada

14. Syekh Abu Maulana Rumi Ath-Thusy Ra. , kepada

15. Syekh Abul Hasan A`li Al-Kharqaany Ra. , kepada

16. Syekh Hud Qaliyyu Malurin Nahar, kepada

17. Syekh Muhammad Asyiqy, kepada

18. Syekh Muhammad A`rif, kepada

19. Syekh Abdullah Asy-Syattariyyah, kepada

20. Syekh Hadiyatullah Saramta, kepada

21. Syekh al-Haj al-Hudhury, kepada

22. Syekh Muhammad Ghauts bin Hataradiny Ra. , kepada

23. Syekh Wajhuddin Uluwy Ra., kepada

24. Syekh Sibghatullah bin Ruhullah, kepada

25. Syekh Ibnu Mawahib Abdullah Ahmad bin Ali, kepada

26. Syekh Ahmad bin Muhammad Qishas Ra. , kepada

27. Syekh Abdul Rauf  bin A`li Al-Fansury Singkel, kepada

28. Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (Safarwadi, Tasikmalaya), kepada

29.Syekh  Hasan Musthofa bin Utsman Mas Sastramanggala karang anyar Bandung Rhm.

30.Syekh Ahmad Syujaa`i Gudang Kota batik Tasik Malaya

31.Syekh Ahmad Syaathiby bin Sa`id Gentur Cianjur

32.Syekh  Muhammad Syafi`i bin K.H.Muhammad Amin ( Eyang Pasantren ) bin Ta`zimuddin bin Zainal A`rif ( Eyang Agung Mahmud ) bin Asmaddin bin Shommaddin bin Eyang Dalem Bojong bin Syekh Abdul Muhyi Safarwadi Pamijahan Tasikmalaya Rhm.


Keterangan ini asli bersumber dari  muridnya mama cijerah yakni Al-Marhum K.H.Muhammad Thaha ( Mama Sindang sari ) bin K.H. Muhammad Shawi ( Mama Ujung berung ) Rhm. Semoga Semua para guru kami ada dalam Rahmat dan kasih sayang Allah Swt.....Aaaaaamiiiin.

thariqoh qodariyyah


SARSILAH GURU 2




Dengan demikian silsilah Al-Haqir dalam kemursyidan thariqoh Qodariyyah wan Naqsabandiyyah dari jalur Syaikh Ahmad Khatib Sambas adalah sebagai berikut :

1. Allah SWT Rabbul Alamin.

2. Malaikat Jibril AS.

3. Nabi Muhammad SAW.

4. Sayyiduna Ali Bin Abi Thalib Kwh.

5. Imam Husein Bin Ali Ra.

6. Imam Zaenal Abidin Ra.

7. Imam Muhammad Al-Baqir Ra.

8. Imam Ja’far Ash-Shodiq Ra.

9. Imam Musa Al-Kazhim Ra.

10. Imam Abu Hasan Ali Ar-Ridho Ra.

11. Syekh Ma’ruf Karkhi Ra.

12. Syekh Sari As-Saqoti Ra.

13. Syekh Abu Qosim Junaid Al-Baghdadi Ra.

14. Syekh Abu Bakar Asy-Syibli Ra.

15. Syekh Abu Fadly Abd Wahidi At-Tamimi Ra.

16. Syekh Abu Farazi At-Thurthusi Ra.

17. Syekh Abu Hasan Ayyub Ra.

18. Syekh Abu Said Al-Mubarok Ra.

19. Sayyidi Syekh Abdul Qodir Al-Jailani Ra.

20. Syekh Abdul Aziz Ra.

21. Syekh Muhammad Al-Hattak Rhm.

22. Syekh Syamsudin Rhm.

23. Syekh Syarifudin Rhm.

24. Syekh Nurudin Rhm.

25. Syekh Waliyyuddin Rhm.

26. Syekh Hisyammuddin Rhm.

27. Syekh Yahya Rhm.

28. Syekh Abu Bakar Rhm.

29. Syekh Abdurrahim Rhm.

30. Syekh Utsman Rhm.

31. Syekh Abdul Fattah Rhm.

32. Syekh Muhammad Muraad Rhm.

33. Syekh Syamsudin Rhm.

34. Syekh Ahmad Khatib Sambas Rhm.

35. Syekh Muhammad Kholil Bangkalan Madura Rhm.

36.K.H. Hasan Musthofa Garut Jawa barat Rhm.

37. K.H. Ahmad
ٍSyujai Gudang tasik malaya Rhm.

38. K.H. Ahmad Syathibi Gentur cianjur Rhm.

39. K.H. Muhammad Syafi`i  ( mama cijerah ) bin Muhammad Amin bin Ta`zhimuddin bin Zainal A`rif ( Eyang Agung  mahmud ) bin Asmaddin bin Shommaddin bin Eyang Dalem Bojong bin Syekh Abdul Muhyi pamijahan Rhm.

40. K.H. Muhammad Thoha bin Muhammad Shoowi ujung berung Rhm.

41.  RD.K.H. Muhammad Aby Sufyan bin Hasanuddin

42. DWI RYANTO



SARSILAH GURU



رَبُّ اْلأَرْبَابِ وَمُعْتِقُ الرِّقَابِ
أللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
سَيِّدُنَا جِبْرِيْلُ أَمِيْنٌ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
سَيِّدُنَا مَنْبَعُ اْلعِلْمِ وَاْلأَسْرَارِ وَمَخْزَنُ اْلفَيْضِ وَاْلأَنْوَارِ وَمَلْجَإِ اْلأُمَّةِ وَاْلأَبْرَارِ وَمَهْبَطُ جِبْرِيْلَ فِى اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَحَبِيْبُ اللهِ السَّـتَّارُ الَّذِى أُنْزِلَ عَلَيْهِ أَفْضَلُ اْلكُتُبِ وَاْلأَسْفَرِ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ اْلمُخْتَارِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَابِهِ اْلأَخْيَارِ
سَيِّدُنَا اْلإِمَامُ عَلِىُ بْنِ أَبِى الطَّالِبِ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ
سَيِّدُنَا اْلإِمَامُ حُسَيْنُ السِّبْطِى رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَا اْلإِمَامُ عَلِىُ اْلاَكْبَرُ زَيْنَ اْلعَابِدِيْنِ السَّجَادِ بْنِ حُسَيْنِ السِّبْطِى  رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَا اْلإِمَامُ مُحَمَّدٌ اْلبَاقِرِ بْنُ عَلِىِّ اْلاَكْبَرِ زَيْنَ اْلعَابِدِيْنِ السَّجَادِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَا اْلإِمَامُ جَعْفَرُ الصَّادِقُ بْنُ مُحَمَّدٍ اْلبَاقِرِ  رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَا اْلإِمَامُ مُوْسَى اْلكَاظِمِ بْنُ جَعْفَرِ الصَّادِقِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَا اْلإِمَامُ أَبُوْ الْحَسَنِ عَلِىِّ الرِّضَى بْنُ مُوْسَى اْلكَاظِمِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَبُوْ مَحْفُوْظِ اْلمَعْرُوْفِ اْلكُرْخِى رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَبُوْ الْحَسَنِ سِرِّ الدِّيْنِ السَّقْطِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَبُوْ القَاسِمِ الْجُنَيْدِى ابْنِ مُحَمَّدٍ اْلبَغْدَادِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَبُوْ بَكْرٍ دُلَّفٍ بْنُ جُحْدُوْرِ الشِّبْلِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَبُوْ اْلفَضْلِ عَبْدِ اْلوَاحِدِ التَّمِيْمِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَبُوْ اْلفَرَجِ الطَّرْطُوْسِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَبُوْ الْحَسَنِ عَلِىِّ بْنِ يُوْسُفَ اْلقِرْشِىِّ الْهَكَارِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَبُوْ سَعِيْدِ الْمُبَارَكٍ بْنُ عَلِىِّ الْمَخْزُوْمِىِّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَااْلأَوْلِيَاءِ اْلقُطْبِ اْلغَوْثِ اْلفَرْدِ الْجَامِعِ الشَّيْخُ اَبُوْمُحّمَّدٍ عَبْدُ اْلقَادِرِ الْجَيْلَانِىِّ بن اَيِى الصَّالِحِ بْنُ مُوْسَى بْنُ جَنْكِى بْنُ دَوْسَتْ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ عَبْدُ اْلعَزِيْزُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ مُحَمَّدٌ الْهَتَّاكْ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ شَمْسُ الدِّيْنِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ شَرَفُ الدِّيْنِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ نُوْرُ الدِّيْنِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ وَلِيُّ الدِّيْنِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ هِشَامُ الدِّيْنِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ يَحْيَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَبُوْ بَكْرٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ عَبْدُ الرَّحِيْمُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ عُثْمَانُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ عَبْدُ اْلفَتَّاحُ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ مُحَمَّدٌ مُرَادٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ شَمْسُ الدِّيْنِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ اَحْمَدٌ خَاطِبِ السَّمْبَاسِ ابْنُ عَبْدِ اْلغَفَّارِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ
سَيِّدُنَاالشَّيْخُ مُحَمَّدٌ الْخَلِيْلِ بْنُ عَبْدِ اللَّطِيْفِ بْنُ هَامِيْمٍ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى
 
الشيخ حسن المصطفى القروتى رحمه الله تعالى
الشيخ أحمد الشجاعى كوداغ تاسكملايا رحمه الله تعالى
الشيخ أحمد الشاطبى كنتور جى أنجور رحمه الله تعالى
الشَّيْخُ اْلحَجِّ مُحَمَّدٌ الشَّافِعِىِّ بْنُ الشَّيْخِ اْلحَجِّ مُحَمَّدٍ أَمِيْنٍ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى
الشَّيْخُ اْلحَجِّ مُحَمَّدٌ طَهَ بْنُ الشَّيْخِ اْلحَجِّ مُحَمَّدٍ الصَّاوِىِّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى
كياهي اْلحَجِّ مُحَمَّدٌ اَبِى سُفْيَانَ بْنُ حَسَنُ الدِّيْنِ
 
الْحَقِيْرُ دوى ريانطو




Senin, 23 Agustus 2010

Rukun, Fardhu, Syarat, dan Fardhunya Syahadat

أركان الشهادة خمسة شاهد و مشهود و مشهود به و مشهود عليه و صيغة
Ari Rukun Syahadat eta aya 5 :
1. Syahid ( شاهد ) = perkara anu nyaksi
2. Masyhud ( مشهود ) = Perkara Anu di Syaksiannana
3. Masyhud Bih ( مشهود به ) = inti tina lafadz nyaksian/perkara anu ngadorong lahirna panyaksian
4. Masyhud Alaih ( مشهود عليه ) = anu ngahudangkeun panyaksian / tingkah / pagawean anu nuduhkeun sifat panyaksian
5. Shighot ( صيغة ) = lafazd panyaksi / kecap-kecap anu nuduhkeun harti panyaksian
tafsiranna :
Allah maparin 50x sholat dina waktos Isro wal mi`roj Kangjeung nabi Muhammad Saw. anu bukti Kangjeung Nabi harita teh nuju di sidrotul muntaha , mangka nyuntrungkeun malaikat jibril As. Ka kangjeung Nabi Saw. Sahingga nyungkur sujud kangjeung Nabi saw. ( ujug-ujug mata hate kangjeung Nabi Ninggal Allah Swt. ) Lajeung Allah Ta`ala ngadawuh : Hei muhammad kudu ngangkatkeun anjeun kana sirah anjeun, ieu poe lain waktu ruku jeung sujud, mangka nabi Saw. Ngangkat kana mastakana sareung calik tawarruk sapertos calik dijero sholat, sabari ngadawuh :
sadaya kahormatan, kaberkahan, sholawat sareung kasaean sadayana eta tetep milik Gusti. “
Mangka ngadawuh Gusti Allah Ta`alaa : Ari kasalameutan eta tetep pikeun anjeun Hei Nabi ( Muhammad Saw. ) “
Lajeung kangjeung Nabi Saw. Ngadawuh : “ Ari kasalameutan eta tetep pikeun abdi sadaya sareung pikeun pirang-pirang abdina anu saroleh .”
Mangka para malaikat anu ngurumunan Dzat Allah Saw. Sapakeut ngucapkeun :
Kaula nyaksi yen teu aya pangeran anu wajib di ibadahan kalayan haq anging Allah sareung saestuna kangjeung nabi Muhammad Saw. Eta utusan Allah “
Maka maparin Allah Ta`ala 50x sholat pikeun kangjeung nabi sareung umatna, lajeung kangjeung Nabi Saw nyuhunkeun Rukhshoh ka Allah Swt. anu saljeungna dikirangan-dikirangan dugika 5x sholat dina sadinteun saweungi pikeun Kangjeung Nabi sareung Umat kanjeung nabi Saw.
Tah dina ieu tafsiran : anu jadi Syahid ( anu nyaksianna ) eta para malaikat, ari Masyhudna ( anu disaksianna ) eta Allah Ta`alaa jeung Rosul-Na Saw.
Ari masyhud bihna nyaeta mata hate tegesna panyaksian kalayan mata hate kangjeung Nabi Saw.
Ari padameulan maparin 50X sholat eta Salaku Masyhud Alaihna.
Jeung ari ucapan : “ Kaula nyaksi yen teu aya pangeran anu wajib di ibadahan kalayan haq anging Allah sareung saestuna kangjeung nabi Muhammad Saw. eta utusan Allah “ eta kalimah salaku shighotna.

Ari Rukun syahadat deui eta aya 4 :
1. Netepkeun dzatna Allah
2. Netepkeun Sifatna Allah
3. Netepkeun Af`alna Allah
4. Dipertelakeun

Ari Fardhuna syahadat eta aya 2 :
1. Diucapkeun ku lisan
2. Dibenerkeun ku hate

Ari Syaratna syahadat eta aya 4 :
1. Kudu dikanyahokeun
2. Kudu di ucapkeun
3. Kudu di shidikkeun
4. kudu dia`malkeun

Ari Sampurnana syahadat eta aya 4 :
1. Ilmu tegesna nyaho
2. Diucapkeun
3. Dishidiqkeun ( dibenerkeun )
4. Dipertelakeun

Ari Batalna Syahadat eta aya 4 :
1.Nyakutukeun ka Allah ( Musyrik ), nyatana teu nekadkeun kana wahdaniyatna Allah.
2.Mangmang atina ka Allah
3. mungkir awakna di dameul ku Allah
4. Hateu di itsbatkeun kuhate kana ayana Gusti Allah.




sayyidina abu bakar wa sayyidina umar

Biografi sahabat Nabi Abu Bakar Assidik

A. ASAL-USUL DAN GAMBARAN FISIK ABU BAKAR SERTA KEISLAMANNYA
1. Nama, garis keturunan, julukan, dan kelahiran Abu BakarNama lengkapnya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib al-Qurasyi at-Taimi, yang lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq bin Abu Quhafah.
Dia dijuluki Atiq karena wajahnya yang tampan dan nasabnya yang baik. Abu Bakar memang berasal dari garis keturunan yang bersih dari cela.
Pada suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam sedang duduk bersama beberapa shahabat, tiba-tiba datang Abu Bakar. Maka Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, “Siapa yang suka melihat ‘Atiq (orang yang terbebas) dari api neraka, silakan melihat Abu Bakar”. Maka julukan itupun menempel pada diri Abu Bakar dan dia terkenal dengan sebutan itu.
2. Sifat dan gambaran fisik Abu BakarAbu Bakar dilahirkan dua tahun enam bulan setelah peristiwa penyerangan Ka’bah oleh tentara gajah. Beliau berkulit putih, berperawakan kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya, wajahnya tirus, matanya cekung, berkening lebar, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan inai maupun katam (sejenis tumbuhan yang digunakan untuk menghitamkan rambut).
3. Orang tua Abu Bakar dan keislaman merekaAbu Bakar tumbuh di bawah naungan ayahnya Abu Quhafah yang masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah dan ibunya Ummul Khair, Salma binti Sakhr bin Amir, sepupu Abu Quhafah, yang juga masuk Islam dan menjadi salah satu shahabat RasulullahShallallahu Alahi wa Sallam bersama sang putra.
4. Karakter Abu Bakar dan Kedudukannya di kalangan bangsa QuraisyMasa mudah Abu Bakar tidak ternodai oleh keburukan dan perilaku negatif kaum Jahiliyah, karena dia memegang teguh sifat-sifat luhur bangsa Arab. Abu Bakar dikenal sebagai pribadi yang berakhlak mulia, sosok yang menyenangkan, mudah membantu sesama, jujur dalam setiap perkataannya, baik pergaulannya, bahkan mengharamkan atas dirinya khamar sejak masa jahiliyah.
Dia sangat mengerti garis keturunan bangsa Arab, terutama garis keturunan Quraisy, termasuk cerita-cerita mereka, yang baik maupun yang buruk, dan menguasai ilmu ta’wil mimpi. Lebih dari itu dia juga merupakan seorang pedagang berpengalaman dan terlatih. Semua itu membuat Abu Bakar disukai dan sangat dipercaya oleh kaumnya serta menempati posisi yang terhormat. Maka tidak heran jika kemudian Abu Bakar menjelma sebagai salah satu pemuka kaumnya pada masa jahiliyah dan menjadi salah satu elemen penting dalam permusyawaratan mereka. Bahkan dia merupakan satu dari sepuluh tokoh Quraisy yang berlanjut kemuliaannya sejak masa jahiliyah hingga masa islam. Disamping itu, Abu Bakar pun dipercaya sebagai kordinator dalam urusandiyat, jika dia telah memutuskan sesuatu dalam urusan itu, yang lain akan ikut dan segera menyetujuinya.
5. Keislaman Abu BakarTelah menjadi kebiasaan bagi Abu Bakar untuk duduk berlama-lama bersama tiga orang shalih yang merupakan penganut Hanafiyah (ajaran agama yang lurus sebagaimana diwariskan oleh Nabi Ibrahim Alaihissalam), yaitu Qus bin Sa’idah Al-Iyadi, Zaid bin Amr bin Nufail, dan Waraqah bin Naufal. Dia amat suka menyimak kata-kata mereka dan mendengarkannya dengan penuh perhatian.
Namun, ketiga sosok tersebut hanya membatasi keyakinan tersebut untuk diri mereka sendiri. Mereka tidak melakukan dakwah secara terorganisir dan tidak membawa suatu agama yang mengecam penyelewengan akidah kaum Quraisy dan kebiasaan buruk mereka. Ketika ketiganya semakin tua, sehingga bisa saja dalam waktu dekat mereka akan menemui ajalnya, Abu Bakar berpikir untuk mencari sosok lain yang dianggap bisa menggantikan posisi mereka.
Lantas terpikir olehnya sosok Muhammad bin Abdullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Sosok yang masih mudah, memiliki asal-usul dan garis keturunan yang baik, kedudukannya di tengah-tengah kaumnya laksana mutiara yang berkilauan. Saat itu Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam dikenal sebagai sosok yang menolak menyembah berhala. Hari-harinya tidak ternodai oleh sifat-sifat negatif kehidupan jahiliyah. Bahkan belakangan dia lebih banyak menyendiri di gua Hira untuk melakukan perenungan tentang kehidupan. Sehingga dia sampai pada keyakinan adanya Sang Pencipta yang harus diagungkan dengan tanpa mengagungkan selainnya. Memang dia tidak menghina berhala-berhala yang menjadi sesembahan kaumnya, tapi dia pun tidak pernah memujinya apalagi bersujud padanya seperti yang biasa dilakukan oleh kaumnya. Dia telah memisahkan diri dari kaumnya untuk mencari kebenaran yang haqiqi.
Dapat dikatakan bahwa Abu Bakar merupakan teman sebaya Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam karena usia mereka tidak terpaut jauh. Abu Bakar melihat ada yang berbeda pada sosok yang satu ini. Menurutnya, Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam  pantas menjadi panutan dan layak dianggap sebagai teladan yang terpercaya. Abu Bakar mencoba menghidupkan kembali memorinya untuk mengingat-ingat berbagai kejadian penting yang senantiasa menjadi buah bibir di kalangan kaumnya di seantero Mekah. Ingatannya mulai tertuju pada suatu peristiwa luar biasa yang terjadi beberapa tahun lalu, tepatnya ketika kaum Quraisy menyelesaikan proyek renovasi Ka’bah. Waktu itu, setiap orang bersikeras mendapatkan kehormatan untuk mengembalikan Hajar Aswad ke posisi semula.
Terjadilah keributan diantara mereka, hingga hampir menyulut terjadinya perang seperti perang Fijar (sebuah peperangan hebat yang melibatkan suku Quraisy). Pada saat pertikaian semakin sengit, salah seorang dari mereka mengusulkan untuk menyerahkan keputusan persoalan tersebut pada seorang yang paling pertama mendatangi tempat itu. Saat itu yang pertama datang adalah Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam. Lantas secara bersamaan mereka berteriak, “Ini dia Al-Amin (sang terpercaya) Muhammad…. dialah hakim terbaik!”
Lantas Abu Bakar menyoroti berhala-berhala sesembahan kaum jahiliyah dan keanekaragaman peribadatan mereka. Ada yang menyembah berhala, ada juga yang menyembah matahari, bintang-bintang, malaikat, jin, bahkan ada juga diantara mereka yang atheis.
Ajaran Hanafiyah pun tenggelam di balik gelombang kesyirikan, membuat Abu Bakar bertanya-tanya dalam hati, “Kenapa tidak datang seseorang yang dapat menyelesaikan pertikaian kaum Quraisy dan menyelamatkan mereka dari pertumpahan darah!”
Abu Bakar pun berusaha mencari tahu lebih banyak tentang sosok “Al-Amin” yang tak lain merupakan teman dan sahabatnya sendiri. Untuk itu dia sengaja ikut dengannya dalam perniagaan ke negeri Syam, Sehingga dia pun sempat mendengar ucapan Rahib Buhaira tentang adanya tanda-tanda kenabian pada diri shahabatnya tersebut. Abu Bakar pun semakin mengagumi sosok Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam. Dia melihat pada diri shahabatnya itu potesi sebagai penyelamat dan pemberi solusi atas problem keyakinan yang dihadapi kaumnya.
Ditambah lagi dengan adanya kejadian yang dialaminya pada saat berniaga ke Yaman beberapa saat sebelum Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam diangkat oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagi Nabi. Abu Bakar menuturkan, “Waktu itu saya singgah ditempat seorang Syaikh yang alim dari Azd. Dia telah membaca banyak kitab, menguasai banyak ilmu. Pada saat melihatku dia berkata, Aku memperoleh informasi yang akurat bahwa seorang nabi akan diutus ditanah haram (Mekah). Dia akan ditolong oleh seorang pemuda dan satu orang dewasa. Yang muda merupakan sosok yang suka menantang bahaya dan menolak berbagai bentuk kesengsaraan, sedangkan yang dewasa berkulit putih, berperawakan kurus, memiliki lalat diperutnya, dan memiliki di paha sebelah kiri.”
Lantas dia memintaku untuk menyingkap bagian perutku agar dia dapat melihatnya. Saya pun melakukan apa yang diminta, hingga dia melihat adanya tahi lalat hitan diatas pusarku. Dia pun berseru, “Kamulah orangnya, demi tuhan Ka’bah! saya ingin memberitahukan sesuatu kepadamu, camkanlah!”
Apa itu?” tanya Abu Bakar. “Janganlah engkau condong pada hawa nafsu, berpegang tegulah pada jalan yang utama dan pertengahan, dan takutlah pada Allah dalam segala sesuatu yang telah dianuhgerahkan-Nya padamu”.
Sekembalinya Abu Bakar ke Makah, dia menanti saat diutusnya sang Nabi yang ditunggu-tunggu. Maka begitu dia memperoleh informasi bahwa sahabat karibnya Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam memperoleh wahyu dan diberi amanah untuk mengemban risalah dari langit, dia pun bergegas menemuinya dan bertanya, “Wahai Muhammad, benarkah apa yang diberitakan oleh masyarakat Quraisy bahwa engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan kami, merendahkan akal kami, dan mengkafirkan para orang tua kami?”
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menjawab, “Benar. Sesungguhnya saya adalah utusan Allah dan Nabi-Nya. Dia mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Saya pun sungguh-sungguh mengajak engkau ke jalan Allah. Demi Allah, ini adalah kebenaran yang hakiki. Saya mengajakmu wahai Abu Bakar untuk menyembah Allah semata yang tidak ada sekutu baginya. Maka janganlah engkau sembah sesuatu pun selain Allah. Saya pun mengajakmu untuk berjanji untuk senantiasa taat kepada-Nya.”Lalu Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam membacakan beberapa ayat Al-Qur’an. Tanpa pikir panjang, Abu Bakar langsung menerima ajakan masuk Islam dan segera menyatakan penolokannya terhadap penyembahan berhala. Dia segera menanggalkan segala bentuk kemusyrikan dan menegaskan kebenaran Islam. Dia pun pulang dalam kondisi telah menjadi seorang muslim yang membenarkan kenabian Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam .
Abu Bakar terhitung orang yang pertama kali masuk Islam. Dia sangat yakin akan benarnya kenabian Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam  dan dakwahnya. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyatakan, Setiap saya mengajak seorang masuk Islam, selalu terbesit tanya dan keraguan dalam benaknya. Berbeda dengan Abu Bakar, dia tidak terpikir panjang untuk memenuhi ajakanku dan dia tidak ragu sedikitpun.”
6. Terkenal dengan julukan “Ash-Shiddiq”Setiap kali Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam mengabarkan sesuatu, Abu Bakar selalu menjadi orang yang paling pertama membenarkan dan mengimaninya. Karena dia begitu yakin bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya. Kondisi demikian membuat dia dijuluki Ash-Shiddiq (orang yang selalu membenarkan). Dia semakin terkenal dengan julukan itu setelah kejadian Isra’-Mi’raj. Waktu itu sekelompok orang musyrik mendatanginya dan mempertanyakan,”Apa pendapatmu tentang cerita temanmu itu? Dia mengaku telah diperjalankan tadi malam ke Baitul Maqdis!” Abu Bakar balik bertanya, “Dia mengatakan itu?” Mereka serempak mengiyakan. Abu Bakar berkata, “Kalau begitu dia benar! Seandainya dia mengatakan hal yang lebih dari itu tentang kabar dari langit, saya pasti akan membenarkannya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang.”
karena itulah Abu Bakar dijuluki Ash-Shiddiq.
Baru saja bibir Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam selesai mengucapkan sesuatu, Abu Bakar langsung berkata, “Dia benar.” Orang lain boleh saja mencari tahu dulu, berpikir beberapa saat, atau bahkan meragukan. Tapi tidak demikian dengan Abu Bakar. Semboyannya sejak pertama kali menyatakan keislaman adalah, “Jika NabiShallallahu Alahi wa Sallam berkata, maka dia benar.”
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pun pernah menyiarkan julukan tersebut ditengah-tengah khalayak ramai, yaitu pada saat beliau menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman, waktu itu gunung Uhud bergetar. Maka Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam berkata, “Tenanglah wahai Uhud, diatasmu hanyalah seorang Nabi, seorang Shiddiq, dan dua orang syahid.”
Bersambung Insya Allah . . .



A.    ASAL-USUL DAN GAMBARAN FISIK UMAR SERTA KEISLAMANNYA
1. Nama, nasab, dan kelahiran Umar
Di serambi Mekah, dengan cuaca yang panas, anginnya yang menderu-deru, padang sahara yang luas, tiga belas tahun setelah peristiwa gajah, lahirlah Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurzhu bin Razah bin Adi Al-Qurasyi.
Ayahnya Khaththab bin Nufail Al-Adawi adalah orang yang berwatak keras dan memiliki tabiat yang kuat. Sedang Ibunya bernamah Hantamah binti Hasyim bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, sepupu dari Abu Jahal.
Umar tumbuh di bawah asuhan ayahnya sehingga dia mewarisi watak keras sang ayah yang tak kenal rasa takut, keras hati, tidak setengah-setengah dalam melakukan sesuatu.
2. Gambaran fisik dan sifat Umar serta kedudukannya dikalangan Quraisy
Umar adalah laki-laki berkulit coklat, kedua tangannya aktif sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan keduanya, memiliki sosok yang kuat, ukuran tubuh yang tinggi besar. Tinggi badannya jauh di atas rata-rata. Jika dia berada di kerumunan nampak seolah dia sedang menunggangi sesuatu yang lain berjalan kaki, Umar berkumis lebat, jalannya cepat, suaranya besar, dan pukulannya amatlah keras.
Kekuatan fisik dan kesatriannya amatlah prima, sampai-sampai dia sanggup naik ke atas kuda hanya dengan berpegang pada telinga kuda.
Umar merupakan salah satu orang terpandang dan pemuka kaum Quraisy. Dia sering dipercaya sebagai juru damai apabila terjadi peperangan antar sesama kaum Quraisy atau antara suku Quraisy dengan yang lain. Telah menjadi kebiasaan bangsa Arab, pada saat hendak berdamai masing-masing pihak yang bertikai mengutus seseorang sebagai juru damai. Masing-masing juru damai akan membanggakan pihaknya sampai akhirnya tercapai kesepakatan damai. Kaum Quraisy sangat menaruh kepercayaan pada Umar bin Khaththab untuk mewakili mereka sebagai juru damai.
Di samping itu, Umar memiliki jiwa yang bersih secerah langit Mekah, hati yang tulus tidak berbelok-belok laksana padang pasir yang luas, keteguhan hati yang kokoh laksana gunung, dan sifat yang mulia seterang bintang di langit.
3. Keislaman Umar
Ketika Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam mulai berdakwah mengajak semua orang yang beriman hanya kepada Allah dan meninggalkan penyembahan terhadap berhala, Umar memposisikan dirinya sebagai penentang dakwah Rasulullah tersebut.
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyimpan harapan agar suatu saat Umar masuk Islam, melihat kekuatannya yang luar biasa dan kelebihannya dibandingkan orang-orang sebayanya. Maka Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pernah memanjatkan doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Ya Allah perkuatlah Islam dengan salah satu dari orang yang lebih Engkau sukai: Umar bin Khaththab atau Abu Jahal bin Hisyam.” Dan ternyata yang lebih disukai oleh Allah dari mereka berdua adalah Umar bin Khaththab.
Dakwah pun semakin meningkat dan semakin meluas hinggah merubah pandangan Umar. Berikut ini adalah penuturan Umar sendiri bagaimana awal mula masuknya sinar Al-Qur’an ke dalam hatinya yang sebelumnya tertutup sangat rapat,
“Waktu itu saya keluar untuk merintangi Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Ternyata beliau telah mendahuluiku berjalan ke arah masjid. Saya pun membuntutinya. Lantas beliau membaca surat Al-Haqqah, membuatku takjub akan keindahan Al-Qur’an. Maka saya mengatakan, “Dia benar-benar penyair sebagaimana disebut-sebut kaum Quraisy.” Maka beliau membaca, “Sesungguhnya ia (Al-Qur’an) itu benar-benar wahyu (yang turun kepada) Rasal yang mulia, Dan ia (Al-Qur’an) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.”(QS. Al-Haqqah [69]: 40-41). Lalu saya berkata, “Dia adalah seorang penyihir.” Beliau membaca, “Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya. Ia (Al-Qur’an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Dan sekiranya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya. Maka tidak seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami untuk menghukumnya).”(QS. Al-Haqqah [69]: 42-47). Sampai akhir surat, Al-Qur’an pun mulai ,merasuki hatiku.”
Kemudian pada suatu hari Umar berpapasan dengan Ummu Abdullah binti Akhi Hatsmah yang sedang bersiap untuk hijrah ke negeri Habasyah. Umar bertanya padanya, “Apakah ini persiapan untuk berangkat wahai Ummu Abdullah?” Jawab Ummu Abdullah, “Ya. Demi Allah kami harus keluar dari negeri ini. Kalian telah menyakiti dan berbuat kasar terhadap kami, hingga Allah memberikan jalan keluar bagi kami.” Umar berkata, “Semoga Allah menyertai kalian.”
Peristiwa inilah yang menjadi peringatan kedua di dalam hari Umar. Hampir saja cahayanya meredup dan pengaruhnya melemah, namun dia bagaikan sumbu yang apinya dinyalakan oleh seorang perempuan yang amat marah, yang tak lain saudari sepersusuan Umar yang tumbuh besar bersama di lingkungan yang sama.
Selanjutnya pada suatu hari yang amat panas, Umar keluar dari rumahnya bergegas menuju rumah shahabat Al-Arqam, tempat Rasulullah biasanya berkumpul dengan para shahabatnya. Hari itu Umar berniat akan membunuh Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Di tengah perjalanan dia berpapasan dengan Nu’aim bin Abdullah An-Nahham yang waktu itu telah masuk Islam namun menyembunyikan keislamannya karena khawatir akan diusir oleh kaumnya. Nu’aim lalu bertanya padanya, “Hendak kemanakah engkau wahai Umar?”
Umar menjawab, “saya mau menemui Muhammad, orang yang telah meninggalkan agamanya, mencerai-berai urusan kaum Quraisy, membuyarkan impian mereka, menghina agama mereka, dan mencaci tuhan-tuhan mereka. Saya akan membunuhnya.”
Nu’aim berkata padanya, “Engkau telah memperdaya dirimu sendiri wahai Umar. Apakah menurutmu Bani Abdi Manaf akan membiarkanmu hidup jika engkau membunuh Muhammad?”
Umar berkata, “Menurutku engkau telah berpaling dan telah meninggalkan agama lamamu!”
Nu’aim balas mengatakan, “Kenapa engkau tidak kembali saja ke keluargamu untuk menyelesaikan urusan mereka?”
Umar bertanya, “Siapakah keluargaku yang engkau maksud?”
Nu’aim menjawab, “Saudara iparmu yang juga sepupumu Sa’id bin Zaid bin Amr, dan saudarimu Fatimah binti Khaththab. Demi Allah, mereka telah masuk Islam dan menjadi pengikut Muhammad. Kenapa engkau tidak mengurus mereka saja!”
Umar pun langsung berbalik dan bergegas pergi ke rumah saudarinya Fatimah dan suaminya. Saat itu, keduanya sedang kedatangan Khabbad bin Art yang membawakan lembaran yang bertuliskan surat Thaha untuk dibacakan pada keduanya. Ketika mereka mendengar gerakan Umar, Khabbad langsung bersembunyi di kamar, sedangkan Fathimah langsung mengambil lembaran berisi surat Thaha dan menyembunyikannya di bawah pahanya. Sementara itu Umar sempat mendengar gumaman khabbad saat dia mendekati rumah mereka.
Ketika Umar menerobos masuk, dia langsung bertanya, “Surat apa yang baru saja saya dengar?”
Keduanya menjawab serempak, “Engkau tidak mendengar apa-apa.”
Umar menukas, “Tidak, demi Allah, aku mendengar kabar bahwa kalian berdua telah mengikuti agama Muhammad.” Tanpa pikir panjang Umar langsung menyergap saudara iparnya, Sa’id bin Zaid. Melihat itu Fatimah langsung bangun dan bergerak ke arah Umar berusaha melepaskan suaminya dari sergapan Umar. Tapi Umar langsung memukulnya hingga melukainya.
Mendapat perlakuan kasar dari Umar, keduanya lalu berkata, “Ya, kami telah masuk Islam dan telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan!”
Saat itulah, ucapan saudari dan iparnya itu menghujam ke dalam hati Umar saat dia sedang berada di puncak kemarahannya. Terkoyaklah penutup hatinya dan sikapnya langsung berubah menjadi lemah lembut. Dia pun melepaskan Sa’id bin Zaid dan menyesali tindakannya. Dia lalu memohon pada saudarinya, “Berikan padaku lembaran yang baru saja kalian baca itu agar aku dapat melihat apa yang dibawa oleh Muhammad.
Mendengar itu, fatimah segera menjawab, “Kami khawatir engkau akan merusaknya.”
Umar berkata, “Jangan takut.” Dia pun bersumapah dengan nama tuhan-tuhannya bahwa dia akan mengembalikan lembaran tersebut jika diizinkan untuk membaca isinya.”
Pada detik itu muncul harapan pada diri Fatimah terhadap keislamannya Umar. Dia pun langsung mengatakan pada Umar, “Wahai Saudaraku, engkau masih najis karena kemusyrikanmu, sedang lembaran itu hanya boleh disentuh oleh orang-orang yang suci.”
Umar pun langsung bangun untuk membasuh dirinya. Setelah itu, barulah Fatimah menyerahkan lembaran tersebut padanya. Umar langsung membacanya, “Thaha. Kami tidak menurunkan Al-Qur’an ini kepadamu (Muhammad) agar engkau menjadi susah; melainkan sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), diturunkan dari (Allah) yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi, (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy. Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah. Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia yang telah tersembunyi. (Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang baik.”(QS. Thaha [20]: 1-8). Dia membacanya dengan hati berdebar dan tubuh gemetar, dengan penuh kekhusyukan dan perlahan. Hingga dia sampai pada ayat, “Sungguh, aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakan shalat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaha [20]: 14). Baru saja dia selesai membaca ayat tersebut, dia langsung berujar, “Alangkah indah dan mulianya ungkapan ini! Tunjukkan aku di mana Muhammad.”
Mendengar itu, Khabbad langsung keluar dari persembunyiannya. Dia langsung berkata pada Umar, “Wahai Umar, demi Allah, sesungguhnya aku berharap Allah mengkhususkan engkau dengan doa Nabi-Nya. Sungguh saya kemarin mendengar Rasulullah berkata. “Ya Allah, perkuatlah Islam dengan Abu Al-Hikam bin Hisyam atau dengan Umar bin Khaththab.” Allah pasti mengabulkan doanya wahai Umar.
Umar pun berkata padanya, “Kalau begitu, tunjukkan padaku dimana Muhammad wahai Khabbad agar aku bisa menemuinya dan mnyetakan keislamanku,”
Khabbad menjawab, “Beliau di sebuah rumah di Shafah bersama beberapa shahabatnya.”
Umar memungut pedangnya dan menyandangnya. Lalu dia bergegas menemui Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam dan para shahabatnya. Sesampainya disana Umar langsung menggedor pintu rumah. Mendengar itu, salah seorang shahabat Rasulullah segera bangun dan mengintip dari pintu. Nampaklah olehnya Umar sedang menyandang pedangnya. Dia segera menemui Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam melapor sambil ketakutan, “Wahai Rasulullah yang datang adalah Umar bin Khaththab sambil menyandang pedang!”
Hamzah bin Abdul Mutthalib berkata, “Izinkanlah dia masuk. Jika dia datang menginginkan kebaikan, akan kita berikan padanya kebaikan itu. Jika dia datang menginginkan keburukan, akan kita bunuh dia dengan pedangnya itu.”
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pun berkata, “Izinkan dia masuk.” Salah seorang dari mereka membukakan pintu dan mempersilahkan Umar masuk. Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam lalu bangkit untuk menemuinya di sebuah ruangan. Beliau langsung menarik baju Umar dengan kuat dan berkata, “Apa yang membuatmu datang kesini wahai Ibnu Khaththab? Demi Allah, menurutku engkau tidak akan berhenti sampai Allah menurunkan bencana atasmu!!”
Umar segera menjawab, “Wahai Rasulullah, aku datang padamu untuk menyatakan keimananku pada Allah dan rasul-Nya serta pada apa yang dibawanya dari sisi Allah.”
Serta merta Rasulullah meneriakkan takbir. Mendengar itu seisi rumah pun tahu bahwa Umar telah masuk Islam.
Akhirnya Umar bergabung bersama 40 orang yang telah lebih dahulu beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Peristiwa itu terjadi pada tahun keenam kenabian.
4.    Mendapat julukan Al-Faruq
Di hari saat Umar bin Khaththab menyatakan keislamannya, dia berdiri di hadapan Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di jalan yang benar apabila kita mati ataupun hidup?”
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menjawab, “ Benar, demi Dzat Yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya kalian berada pada jalan yang benar apabila kalian mati ataupun hidup.”
Umar lalu berkata, “Kalau begitu kenapa kita harus bersembunyi? Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran Islam, kita harus keluar!”
Maka kami pun keluar dalam dua barisan. Hamzah berada dalam satu barisan, sementara Umar dalam barisan yang lain. Derap langkah kaki mereka menerbangkan pasir jalanan yang mereka lalui, sampai akhirnya mereka masuk ke dalam Masjidil Haram.
Umar berkata, “Kaum Quraisy melihat saya dan Hamzah, mereka pun merasakan kekuatan yang sebelumnya mereka rasakan, maka pada hari itu Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam memberiku julukan Al-Faruq.”
5.    Menampakkan keislamannya
Umar melaksanakan keislamannya dengan kualitas yang prima, dia memperlihatkan keislamanya dengan suara yang menggelegar hingga menusuk-nusuk telinga kaum musyrikin. Umar berkata, “Demi Allah, di setiap majlis yang dulu aku sering datangi pada saat aku masih kafir, aku menampakkan keislamanku tanpa merasa takut dan khawatir.”
Dia pun dengan sengaja pergi ke rumah Abu Jahal, mengetuk pintu rumahnya. Saat ditanya, “Siapa di luar?” Dia menjawab dengan lantang, “Umar bin Khaththab, sungguh saya telah masuk Islam.” Abu Jahal langsung membanting pintu di hadapan wajahnya. Lalu Umar pergi menemui pemuka Quraisy yang lainnya dan melakukan hal yang sama. Hingga dia bertanya-tanya dalam dirinya, “Ada apa ini, kaum muslimin lain mengalami berbagai gangguan, kenapa saya tidak?”
Hingga dia meminta pada seseorang yang biasa menyebar berita di kalangan Quraisy untuk menyiarkan berita keislamannya. Orang itu bernama Jamil bin Ma’mar Al-Jumahi. Umar mendatanginya dan berkata padanya, “Apakah kamu sudah tahu wahai Jamil, bahwa saya sudah masuk Islam. Saya sudah menjadi pengikut agama Muhammad!”
Jamil tidak menunggu Umar mengulangi ucapannya, langsung bangkit menarik gamisnya dan berdiri di depan pintu Masjidil Haram lalu berteriak sekencang mungkin, “Wahai masyarakat Quraisy, ketahuilah bahwa Umar telah menyimpang!” Umar berkata di belakangnya, “Bohong, yang benar adalah aku telah masuk Islam dan aku telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”
Orang-orang Quraisy yang berada di sana langsung menyerang Umar. Mereka pun terlibat perkelahian sampai tengah hari dan Umar merasa kelelahan. Umar lalu duduk seraya berkata, “Silahkan lakukan apa saja yang ingin kalian lakukan! Saya bersumpah dengan nama Allah, jika kami ada berjumlah 300 orang, maka kami akan meninggalkan tanah ini untuk kalian atau kalian yang meninggalkan tanah ini untuk kami.”
Abdullah bin Mas’ud menggambarkan besarnya peran keislaman Umar dalam mendukung Islam dan kaum muslimin, “Islamnya Umar menjadi pembuka jalan, hijrahnya menjadi penolong, kepemimpinannya menjadi rahmat. Saya sempat mengalami bahwa kami kaum muslimin tidak bisa shalat di Baitullah, hingga Umar masuk Islam. Ketika Umar masuk Islam, dialah yang menghadapi kaum musyrikin Quraisy hingga akhirnya kami dibiarkan shalat di sana.”
Bersambung Insya Allah . . .